Istilah rating begitu popular akhir-akhir ini, terutama berkaitan dengan industri pertelivisian nasional. Banyak pro-kontra terkait masalah rating ini, tergantung dari perspektif mana orang melihatnya. Ada yang menganggap rating itu penting, namun tidak sedikit yang berpendapat rating hanyalah legitimasi bagi kepentingan bisnis televisi karena validitas hasil surveinya yang diragukan. Rating diartikan sebagai prosentase dari populasi pemirsa televisi yang menyaksikan siaran televisi pada periode waktu tertentu. Lembaga survei yang selama ini melakukan pengukuran rating televisi adalah AGB Nielsen Media Research. Dengan mengambil sampel 10 kota besar di Indonesia AGB Nielsen menentukan keluarga mana yang akan dijadikan sebagai panel survei.
Setiap satu unit televisi disediakan satu alat yang bernama peoplemeter untuk merekam data pemirsa. Jika satu keluarga memiliki lebih dari satu unit televisi, maka jumlah peoplemeter disesuaikan dengan jumlah televisi yang dimiliki oleh keluarga tersebut. Data yang didapatkan dari peoplemeter inilah yang kemudian akan menentukan apakah suatu program acara di televisi memiliki rating yang tinggi atau sebaliknya. Untuk jam tayang utama/prime time akan menghasilkan rating yang lebih tinggi karena jumlah pemirsa yang lebih banyak jika dibandingkan dengan pagi atau siang hari. Bukan hal yang aneh jika program acara seperti sinetron mendapatkan rating yang tinggi, karena kebanyakan sinetron tayang pada prime time, dimana pada jam tersebut anggota keluarga biasanya berkumpul.
Lalu mengapa rating televisi selama ini menimbulkan pro-kontra? Hal ini disebabkan karena rating televisi hanya ditentukan dari sisi kuantitas, semakin banyak orang yang menyaksikan program acara tertentu di televisi, maka program acara tersebut akan mendapatkan rating yang tinggi. Bagi pengelola televisi hal ini tentu saja akan menguntungkan. Karena semakin banyak acara di televisinya yang memiliki rating tinggi akan berpotensi menambah jumlah pendapatan dari sponsor/iklan. Sementara soal kualitas cenderung diabaikan. Tidak sedikit protes dari masyarakat yang dialamatkan pada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terkait dengan tayangan di televisi. Dan kebanyakan tayangan mendapatkan kritik pedas justru program acara yang memiliki rating tinggi seperti sinetron dan infotainment yang dianggap tidak bermutu dan tidak mendidik.
Jadi sama sekali tidak ada jaminan bahwa acara di televisi yang ratingnya tinggi juga memiliki kualitas yang sebanding dengan angka ratingnya.
0 comments:
Post a Comment